Senin, 11 Agustus 2008

SISTEM EVALUASI PENGAJARAN

SISTEM EVALUASI PENGAJARAN

I

Sebagai awal pembahasan dalam paper ini, penulis kemukakan beberapa catatan kritis terlebih dahulu :

Pertama, pemahaman mengenai sistem ada dua, sistem sebagai totalitas yang meliputi banyak komponen yang bersifat komplementer dan interdependensis, dan sistem sebagai teknik, metode atau cara. Yang terakhir ini yang digunakan penulis dalam paper ini.

Kedua, berkaitan dengan penilaian, terdapat beberapa istilah lainnya yang relevan bahkan sering terjadi missconception kalau tidak over-lapping, yaitu evaluasi, pengukuran, tes, ujites atau ujian. Kata penilaian merupakan terjemahan dari assessment yakni proses pengumpulan informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan-keputusan tentang … (Anthony J. Nitko, 1996). Evaluasi sebagai transiterasi dari evaluation yaitu suatu proses untuk menilai mutu performansi. Pengukuran sebagai terjemahan dari measurement, suatu proses pendeskripsian performansi dengan menggunakan skala kuantitatif, atau proses kuantifikasi dari kualitas performansi. Tes adalah transiterasi dari kata test. Adapun ujites adalah kata lain dari tes. Tes atau ujites (ujian, examination) adalah sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab, suatu / serangkaian tugas yang harus dikerjakan, atau suatu . sejumlah permasalahan yang harus diselesaikan / dipecahkan / dicarikan solusinya. Dalam bahasa sehari-hari istilah penilaian, evaluasi, pengukuran, tes, dan ujites (ujian) tidak mendapat perhatian akan perbedaannya. Semua istilah ini seing diwakili dengan salah satu ungkapan saja, misal penilaian, evaluasi, tes, atau ujian, bahkan menggunakan istilah lain yang maksudnya sama yaitu mid semester atau semesteran. Istilah-istilah ini tidak harus dipisahkan tetapi bisa dibedakan dan hendaknya dipahami secara utuh oleh karena masing-masing memiliki keterkaitan erat :

Venn Diagram Ketiga, bahwa pengajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas (proses), belajar dan mengajar (Ahmad Rohani HM., 1995; 4), subjek ajar utamanya adalah pelajar (mahasiswa), sedangkan dosen adalah subjek ajar pertama. Istilah pengajaran itu sendiri sebenarnya istilah lama dalam dunia pendidikan (keguruan). Istilah yang lebih aktual adalah pembelajaran. Baik pengajaran maupun pembelajaran, keduanya menggantikan istilah instructional yang arti lughawinya bahan-bahan pelajaran.

Para pakar pendidikan (Indonesia) kontemporer dan bahkan dunia persekolahan (dan perguruan tinggi ?) kita, dewasa ini menggunakan istilah pembelajaran. Pilihan ini diambil bukan sekedar pertimbangan teknis, melainkan pertimbangan paradigmatik (student oriented, student centered) dan substansial. Penulis cenderung menggunakan istilah yang terakhir meskipun istilah yang pertama tidak salah, sebagaimana yang dipergunakan oleh Panitia Penataran Sistem Belajar-Mengajar. Yang harus dipahami lebih jauh adalah sebagian pihak masih memiliki pemahaman mengajar yang bersifat tradisional dan konvensional (kuno, out of date) yakni mengajar hanya sebagai memberi ilmu pengetahuan atau bahan pelajaran dengan metode ceramah, dosen mengklaim diri sok tahu dan serba tahu sehingga ia ada di pihak yang aktif. Sementara itu, belajar dipahami sebagai bersifat pasif, mahasiswa mendengarkan, mencatat, menelan atau menerima ceramah dosen yang sering dianggap pasti betul. Hal ini dikarenakan dosen memiliki anutan paradigma teacher (lecturer) centered / teacher oriented, yang harus diminimalisasi oleh para dosen sekarang.

II

Sistem penilaian pengajaran (pembelajaran, perkuliahan) dalam konteks ini maksudnya adalah suatu cara kegiatan (proses) pengumpulan informasi guna pengambilan keputusan atau menilai performansi mahasiswa melalui pengukuran dengan menggunakan teknik tes maupun nirtes. Kegiatan ini dilakukan dengan mengikuti prosedur yang sistematis, dan menggunakan paradigma pengajaran sebagai berikut :

Text Box: PELAKSANAAN PENGAJARANText Box: PERENCANAAN PENGAJARANCycle Diagram

Bahwa pengajaran harus direncanakan dengan baik, dan perencanaan harus dilaksanakan dengan baik pula, selanjutnya akibat keduanya dilakukanlah penilaian / evaluasi yang hasilnya bermanfaat untuk penyusunan perencanaan pengajaran kemudian dan perbaikan pelaksanaan pengajaran selanjutnya.

Bagian penting dalam sistem penilaian pengajaran antara lain adalah masalah pengukuran dan tes. Kedua hal inilah yang disajikan dalam pembahasan selanjutnya.

Bahwa pengukuran (menentukan kedudukan objek dalam rentangan sifat yang diukur, harus diketahui dahulu rentangan sifatnya) dalam bidang pendidikan / pengajaran sesungguhnya tercakup dalam domain psikologis, sifatnya latent (tersembunyi, tidak tampak). Artinya, hasil pendidikan / pengajaran (dalam hal ini kemampuan akademik atau prestasi belajar, domain kognitif) tidak dapat diketahui secara langsung dan tampak. Ia baru dapat diketahui setelah dirangsang dengan alat perangsang yang namanya tes (achievement test) yang difungsikan sebagai alat untuk

merekam, memotret, atau mengungkap kemampuan tersembunyi yang berupa prestasi belajar. Tampakan kemampuan ini berupa response atau jawaban atas sejumlah pertanyaan dalam tes. Penjelasan ini dengan mudah dapat digambarkan sebagai berikut :

Paradigma di atas menunjukkan bahwa pengukuran bidang pendidikan / pengajaran yang bersifat psikologis dilakukan secara indirect measurement (tidak langsung), tidak seperti mengukur suhu badan, tinggi badan, berat badan dan selainnya. Oleh karena itu, terdapat beberapa kemungkinan terhadap pengukuran tidak langsung : (1) jika alat ukur (tes) yang dibuat dan dipergunakan tidak berkualitas baik response yang muncul juga tidak baik; (2) secara teoretik error measurement pasti terjadi, besar-kecilnya tergantung kualitas alat ukur yang dibuat; (3) jika skala pengukurannya (nominal, ordinal, interval, dan rasio) tidak jelas, menjadi tidak jelas pula penskoran dan analisis terhadap response yang muncul sehingga hasil akhirnya yang berupa nilai menjadi unrepresentativable.

Untuk menghindari, atau setidak-tidaknya meminimalisasi kemungkinan-kemungkinan di atas pengukuran pendidikan / pengajaran harus dilakukan dengan perencanaan yang baik dan prosedur yang sistematis.

III

Bahwa perencanaan pengukuran pendidikan / pengajaran yang baik adalah apabila telah jelas construct dan indikator-indikator atau dimensi-dimensi yang hendak

diukur, jelas pula skala pengukuran yang digunakan. Terdapat 4 hal pokok yang harus dipahami dalam perencanaan pengukuran pendidikan / pengajaran : (1) jelaskan construct (latent traits, cirri terpendam) yang hendak diukur; (2) untuk mengukurnya stimulus (alat ukur) apa yang digunakan, jika tes prestasi, bagaimana ia dikembangkan; (3) apa bentuk response yang diharapkan muncul dari peserta tes: (4) bagaimana menafsirkan secara memadai atas response yang muncul dari peserta tes. Jika keempat kegiatan ini dilakukan dengan tepat dan kronologis maka akan muncul skor dari kemampuan terpendam yang dikehendaki. Tetapi, betapa tidak mudah melakukan empat kegiatan dimaksud, kalau pun keempatnya telah dapat dilaksanakan masih mungkin muncul sejumlah masalah yakni : (1) validity, khususnya construct validity; (2) reliability; (3) error measurement, bagaimana memaksimalkan kemunculan true score dan meminimalisasi error score, untuk hal ini teori skor harus dipahami. Bahwa secara teoretik, skor tampak (observed score, X) merupakan gabungan dari skor tulen (true score, T) dan skor salah (error score, E), rumus perrsamaannya

Pengukuran pendidikan / pengajaran harus dilakukan melalui prosedur yang sistematis. Artinya pelaksanaan pengukuran pendidikan / pengajaran khususnya yang menggunakan alat ukur tes, tes prestasi belajar, harus dikembangkan melalui tahapan-tahapan pengembangan tes sehingga dapat menghasilkan suatu konstruksi tes yang baik. H.J.X. Fernandes (1984; 9) mengemukakan langkah-langkah pengembangan tes prestasi belajar : pertama, test plan, meliputi (a) define general purposes (b) prepare test blueprint (c) specify item format, types of items to be used (d) plan the leval and range of item difficulty (e) plan the number of items and length of the test (f) prepare the item writing and item review (g) specify the types of norms that will be prepared; kedua, tryout of test items, meliputi (a) tryout sample (b) item tryout and analysis (c) student directions (d) administration directions, time limit; ketiga, technical analysis, meliputi (a) estimate Mean test score (b) estimate tha Standard Deviation of test scores (c) estimate Reliability.

BACAAN YANG BERMANFAAT

  1. Ahmad Rohani HM. (1995). Pengelolaan pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta Jakarta.
  2. ------------------------. (1996). Teknik evaluasi pengembangan tes hasil belajar. Materi Penataran Guru Bidang Studi Ciri Khusus SLTP dan SMU / SMK Muhammadiyah Se Jawa Tengah Di Bandungan.
  3. Anthony J. Nitko. (1996). Glossary of educational assessment terms. Jakarta : National Consultans.
  4. Benjamin S. Bloom, et al. (1974). Taxonomy of educational objectives the classification of educational goals. New York : David McKay Company, INC.
  5. Conny Semiawan Stamboel. (1986). Prinsip dan teknik pengukuran dan penilaian di dalam dunia pendidikan. Jakarta : Mutiara Sumber Widya.
  6. Dali S. Naga. (1992). Pengantar teori sekor. Jakarta : Gunadarma.
  7. H.J.X. Fernandes. (1984). Testing and measurement. Jakarta : National Education Planning, Evaluation and Curriculum Development.
  8. Jum C. Nunnally, Jn. (t.th.) Introduction to psychological measurement. New York : McGraw-Hill Book Company.
  9. Ratna Sayekti Rusli. (1988). Tes dan pengukuran dalam pendidikan. Jakarta Ditjen Dikti.
  10. Saifuddin Azwar. (1996). Reliabilitas dan validitas interpretasi dan komputasi. Yogyakarta : Liberty.
  11. --------------------. (1998). Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta : Liberty
  12. W. James Popham. (1973). Evaluating instruction. New York : Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs.

Tidak ada komentar: