Senin, 04 Mei 2009

AL QUR'AN
Ahmad Rohani HM.
   Al-Quran  yang secara  harfiah  berarti  "bacaan sempurna" merupakan  suatu  nama  pilihan  Allah  yang  sungguh tepat,karena tiada satu bacaan pun sejak  manusia  mengenal  tulis baca  lima  ribu  tahun  yang  lalu  yang  dapat  menandingi Al-Quran Al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia itu. 
   Tiada bacaan semacam Al-Quran yang dibaca oleh ratusan  juta orang  bahkan milyaran orang yang  tidak  mengerti  artinya  dan  atau tidak dapat menulis dengan aksaranya. Bahkan dihafal  huruf  demi  huruf oleh orang dewasa, remaja, dan anak-anak. Tiada   bacaan   melebihi   Al-Quran  dalam  perhatian  yang diperoleh nya, bukan saja sejarahnya secara umum, tetapi ayat demi  ayat,  baik  dari segi masa, musim, dan saat turunnya, sampai kepada sebab-sebab serta waktu-waktu turunnya.
   Tiada bacaan seperti Al-Quran yang  dipelajari  bukan  hanya susunan  redaksi  dan  pemilihan  kosakatanya,  tetapi  juga kandungannya yang tersurat, tersirat  bahkan  sampai  kepada kesan  yang  ditimbulkannya.  Semua  dituangkan dalam jutaan jilid  buku,  generasi  demi  generasi.  Kemudian  apa  yang dituangkan   dari   sumber   yang  tak  pernah  kering  itu,berbeda-beda   sesuai   dengan   perbedaan   kemampuan   dan kecenderungan  mereka,  namun  semua  mengandung  kebenaran. Al-Quran layaknya sebuah  permata  yang  memancarkan  cahaya
yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing.
   Tiada   bacaan   seperti   Al-Quran   yang  diatur  tatacara membacanya, mana yang dipendekkan, dipanjangkan,  dipertebal atau  diperhalus  ucapannya,  di mana tempat yang terlarang,atau boleh, atau harus memulai dan berhenti,  bahkan  diatur lagu dan irama nya, sampai kepada etika membacanya.
   Orientalis H.A.R. Gibb  pernah  menulis  bahwa:   "Tidak  ada seorang pun  dalam  seribu  lima  ratus  tahun  ini  telah memainkan 'alat' bernada nyaring  yang  demikian  mampu  dan berani,  dan demikian luas getaran jiwa yang diakibatkannya, seperti yang dibaca Muhammad (Al-Quran)."  Demikian  terpadu dalam    Al-Quran    keindahan   bahasa,   ketelitian,dan ke seimbangannya,  dengan  kedalaman  makna,   kekayaan   dan kebenarannya,  serta kemudahan pemahaman dan kehebatan kesan yang ditimbulkannya.
 

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ {1} خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ {2} اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ {3} الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ {4} عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ {5}

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,Dia telah menciptakan manusia dari 'alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah, Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya" (QS Al-'Alaq [96]: 1-5).
   Mengapa iqra,  merupakan  perintah  pertama  yang  ditujukan kepada  Nabi, padahal beliau seorang ummi (yang tidak pandai membaca dan menulis)? Mengapa demikian? Iqra' terambil dari akar  kata  yang  berarti  "menghimpun," sehingga tidak selalu harus diartikan "membaca teks tertulis dengan aksara tertentu." Dari  "menghimpun"  lahir   aneka   ragam   makna,   seperti menyampaikan,  menelaah, mendalami, meneliti mengetahui ciri sesuatu dan membaca, baik teks tertulis maupun tidak. Iqra' (Bacalah)! Tetapi apa yang harus dibaca?  "Ma  aqra'?" tanya  Nabi  -dalam  suatu riwayat- setelah beliau kepayahan dirangkul dan diperintah membaca oleh malaikat Jibril a.s. Pertanyaan itu tidak dijawab, karena Allah menghendaki  agar beliau  dan umatnya membaca apa saja, selama bacaan tersebut Bismi Rabbik; dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan.
    Iqra'  berarti  bacalah,  telitilah,  dalamilah,  ketahuilah ciri-ciri  sesuatu, bacalah alam, bacalah tanda-tanda zaman, sejarah, diri sendiri, yang  tertulis  dan  tidak  tertulis. Alhasil  objek  perintah  iqra' mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.Demikian terpadu dalam perintah ini segala macam  cara  yang dapat ditempuh manusia untuk meningkatkan kemampuannya.(AR)

Tidak ada komentar: