Lampiran:
STRUKTUR AFEKTIF
SUATU PEMAHAMAN TERHADAP KONSEP KRATWOHL. ET AL. (1964)[1]
Pengantar
Secara keseluruhan, konsep struktur afektif dari Kratwohl, et al. dapat dinyatakan sebagai tingkatan internalisasi.
Internalisasi, dalam perspektif Teori Strukturalisme-Fungsional maksudnya sebagai proses adopsi yang dilakukan oleh indvidu terhadap nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan atau keterampilan tertentu agar dapat diterima sebagai anggota masyarakat (Wuradji, 1988; 14).
Aliran sosiologis dalam teori belajar menyatakan, internalisasi adalah proes perkembangan moral dari moral heteronom (moral yang pedoman-pedomannnya terdapat di luar, yaitu pada orang tua, dan orang dewasa lain seperti guru) ke moral yang otonom (moral yang pedoman-pedomannya terdapat di dalam diri anak sendiri). Internalisasi ini dicapai melalui identifikasi (mirip dengan imitassi atau peniruan), tujuannya melakukan adaptasi (imitasi terhadap orang lain, kalau kebiasaan itu imitasi terhadap diri sendiri) perilaku sendiri dengan norma-norma sosial (Sumadi uryabrata, 1984; 182-184), atau aturan/tatanan sosial (social order).
Teori strukturalisme-fungsional mengatakan pendidikan adalah proses sosialisasi (proses pengembangan individu agar memiliki kemampuan dan kesiapan untuk melakukan tugas dan peranannya di dalam masyarakat), bentuknya imitasi melalui adaptasi dan seleksi. Tugas sekolah: mengemban misi menanamkan nilai-nilai yang diyakini masyarakat. Siswa harus dibimbing mengembangkan kesadarannya untuk selalu komitmen dengan masyarakatnya melalui proses internalisasi.
Karenanya, tujuan sekolah (tujuan pendidikan) haruslah mencakup standar nilai tertentu sesuai dengan tuntutan masyarakat. Ini supaya setiap individu memiliki moral sebagai warga masyarakat. Di sekolah, guru adalah wakil masyarakat dalam hal transmisi nilai-nilai (menularkan, menyebarkan, meneruskan) sosial. Guru tak boleh mengajarkan sistem nilai yang dianutnya sendiri tetapi ia harus mengembangkan nilai-nilai yang dianut masyarakat (aspirasi masyarakat).
Struktur afektif Kratwohl, et al. dalam bingkat tingkatan internalisasi
- Minat, meliputi 3 tingkat internalisasi
- receiving (1)
Ø kesadaran
Ø keinginan untuk menerima
Ø perhatian terkontrol
- responding (2)
Ø persetujuan (diam-diam) dalam merespon
Ø keinginan merespon
Ø kepuasan merespon
- valuing (3)
Ø menerima suatu nilai
Ø memilih suatu nilai
- Apresiasi
- receiving (1)
Ø keinginan untuk menerima
Ø perhatian terkontrol
- responding (2)
Ø persetujuan (diam-diam) dalam merespon
Ø keinginan merespon
Ø kepuasan merespon
- valuing (3)
Ø menerima suatu nilai
Ø memilih suatu nilai
- Sikap
- responding (2)
Ø keinginan merespon
Ø kepuasan merespon
- valuing (3)
Ø menerima suatu nilai
Ø memilih suatu nilai
Ø komitmen (keterikatan melakukan sesuatu)
- organization (4)
Ø konseptualiasi suatu nilai
- Nilai
- responding (2)
Ø keinginan merespon
Ø kepuasan merespon
- valuing (3)
Ø menerima suatu nilai
Ø memilih suatu nilai
Ø komitmen
- organization (4)
Ø konseptualiasi suatu nilai
- Penyesuaian diri
- responding (2)
Ø keinginan merespon
Ø kepuasan merespon
- valuing (3)
Ø menerima suatu nilai
Ø memilih suatu nilai
Ø komitmen
- organization (4)
Ø konseptualiasi suatu nilai
Ø organisasi sistem nilai
- character (5)
Ø kesiapan yang tergeneralisasi
Ø karakterisasi
[1] Dimodifikasi oleh Ahmad Rohani, sebagai pelengkap makalah Lokakarya Pengembangan Sistem Penilaian Hasil Belajar Non Kognitif, diselenggarakan oleh Lembaga Kajian Pendidikan Keislaman dan Sosial (LeKDiS) Nusantara bekerjasama dengan Direktorat Mapenda Depag RI, tanggal 29 September s/d 02 Oktober 2004, di Asrama Haji Balikpapan Kalimantan Tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar